Pada suatu waktu, seorang dari suku bani Salim yang terkenal kami pun dalam praktik sihir datang kepada Nabi, melontarkan kata-kata makian. Tetapi Nabi menjawab dengan lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu heran menghadapi sikap luar biasa ini, hingga ia memeluk agama Islam. Nabi lalu bertanya: "Apakah Anda berbekal makanan?" Jawab orang itu: "Tidak." Maka, Nabi menanyai Muslimin yang hadir di situ: "Adakah orang yang mau menghadiahkan seekor unta tamu kita ini?" Mu'ad ibn Ibada menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan hati dan melanjutkan: "Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar kain untuk penutup kepala saudara seagama Islam?" Kepala orang itu tidak memakai tutup sama sekali. Sayyidina Ali langsung melepas serbannya dan menaruh di atas kepala orang itu. Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa orang itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya makan, karena dia lapar.
Salman membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, karena waktu itu bukan waktu orang makan.
Akhirnya Salman
pergi ke rumah Fatimah, dan setelah mengetuk pintu, Salman memberi tahu maksud
kunjungannya. Dengan air mata berlinang, putri Nabi ini mengatakan bahwa di
rumahnya tidak ada makanan sejak sudah tiga hari yang lalu. Namun putri Nabi
itu enggan menolak seorang tamu, dan tuturnya: "Saya tidak dapat menolak
seorang tamu yang lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang."
Fatima lalu melepas
kain kerudungnya, lalu memberikannya kepada Salman, dengan permintaan agar
Salman membawanya barang itu ke Shamoon, seorang Yahudi, untuk ditukar dengan
jagung. Salman dan orang yang baru saja memeluk agama Islam itu sangat terharu.
Dan orang Yahudi itu pun sangat terkesan atas kemurahan hati putri Nabi, dan ia
juga memeluk agama Islam dengan menyatakan bahwa Taurat telah memberitahukan
kepada golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah keluarga yang amat
berbudi luhur.
Salman balik ke
rumah Fatima dengan membawa jagung. Dan dengan tangannya sendiri, Fatimah menggiling jagung itu, dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar
Fatimah menyisihkan beberapa buah roti untuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi
dijawab bahwa dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah
memberikan kain kerudungnya uitu untuk kepentingan Allah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar