Sebagai seorang wanita muslimah harusnya bisa menjaga lisannya dari
perkataan yang tidak baik. Karena kata
pepatah Jawa “Ajining di ana ing lathi” yang berarti berharganya diri kita
tergantung pada apa yang kita ucapkan
Para sejarawan meriwayatkan: Suatu hari Kholid ibn Yazid ibn Muawiyah
mengumpat Abdullah ibn Zubair-sesorang yang dikenal sebagai musuh bebuyutan
Bani Umayyah –dengan menyebutnya sebagai orang yang paling kikir. Saat Khalid
melontarkan makian itu, istrinya, ramlah binti Zubair- yang tak lain adik
kandung Abdullah sendiri-berada di dekatnya dan mendengar makian itu.
Namun demikian, ia tak berkomentar tak sepatah kata pun. Melihat
keanehan itu, Khalid pun bertanya kepadanya: “Mengapa engkau tidak membelanya?
Apakah engkau senang dengan apa yang aku katakan atau engkau memang tidak
berkenan menjawab?”. Ia menjawab : Tidak kedua-duanya. Sebab, seorang wanita
tidak berhak mencampuri urusan laki-laki. Kami hanyalah wewangian untuk dicium
dan dipeluk. Jadi, untuk apa kami mencampuri urusan kalian?” Khalid takjub
dengan jawaban Ramlah itu dan kemudian menciumi keningnya dengan penuh
keharuan.
Rasulullah Saw sendiri melarang keras penyebaran rahasia kehidupan suami
isteri kepada orang lain. Ahmad bin Hanbal meriwayatkan: Asma binti Yazid
menuturkan: “Suatu ketika aku duduk di samping Rasulullah Saw dengan sejumlah
kau laki-laki dan beberapa orang wanita. Rasulullah Saw bersabda: “Adakah
diantara kalian seorang laki-laki yang pernah menceritakan rahasia dirinya dengan
isterinya kepada orang lain. Dan adakah diantara kalian seorang isteri yang
menceritakan rahasia dirinya dengan suaminya kepada orang lain?” Para sahabat
terdiam semuanya. Lantas, aku pun berkata: “Demi Allah wahai Rasulullah,
sesungguhnya wanita-wanita pasti pernah melakukannya dan kaum laki-laki juga
melakukannya.” Maka beliau bersabda: “Janganlah kalian lakukan itu lagi.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah seperti setan laki-laki bertemu setan
perempuan di jalanan, kemudian menggaulinya, dan orang-orang melihatnya.”
Adalah seorang wanita yang menjaga apa yang terjadi antara mereka dengan
sueminya. Sebab hal itu merupakan rahasia yang wajib disimpan terlebih lagi
bilahal itu berkenaan dengan hubungan seksual.
Demikianlah cerita dari kisah wanita dalam rumah tangganya yang
dapat menjaga kesucian lisannya dari perkataan yang brurk. Semoga bisa menjadi
pelajaran untuk para wanita semua.
Dikutip
dari sebuah buku yang berjudul “La Tahzan” karangan Dr. ‘aidh Abdullah Al-Qarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar